Efek Buruk Olah Raga

Diposting oleh Wahyu Winoto, S.Pd.

Efek Buruk Olah Raga

Efek Buruk Olah Raga

Hasil penelitian terbaru International Journal of Eating Disorder, dari 336 wanita penderita anoreksia, lebih separuhnya berolahraga berlebihan. Laporan dari Cardiology Review mencatat bahwa anoreksia dan bulimia paling banyak menimbulkan kematian.

A. Serba "terlalu" itu tidak baik

Jim Fixx, penulis buku The Complete Book of Running, adalah pelari maraton yang berlari 95 km seminggu dan merupakan contoh sempurna orang yang kecanduan olahraga.
Lama dia mengabaikan nyeri dada yang dialami ketika berlari. Padahal, itu merupakan tanda ada yang tidak beres pada dadanya. Jim kena serangan jantung di usia 52 tahun ketika sedang berlari.

Demikian juga dengan terlalu banyak berolahraga. Manfaat baik olahraga jadi hilang. Risiko cedera juga meningkat.

1. Mirip Kokain

Dalam hal ini, tidak ada garis jelas yang membatasi antara adiksi dengan komitmen kuat untuk olahraga. Tidak ada juga tes darah yang mengonfirmasi kita sakit kecanduan olahraga. American Psychiatric Association (APA) pun belum mengakui kecanduan olahraga seunik penyakit kelainan makan seperti bulimia atau anoreksia.

Hasil penelitian terbaru International Journal of Eating Disorder, dari 336 wanita penderita anoreksia, lebih separuhnya berolahraga berlebihan. Para peneliti itu mendefinisikan olahraga berlebihan adalah jika berlatih setiap hari lebih dari tiga jam, obsesif dengan aktivitas fisik yang bisa mengintervensi aspek lain hidup, atau berolahraga bahkan ketika sedang cedera atau sakit.

Olah Raga
Kecanduan olahraga ini begitu mirip dengan kategori kelainan makan. Lantas apakah olahraga berlebihan itu masuk kategori adiksi? Definisi adiksi yang ada pada manual diagnostik kelainan mental APA menyatakan bahwa paling tidak ada tiga dari karakteristik berikut ini: toleransi, ketagihan, melakukan banyak setelah periode panjang, tidak berhasil mengurangi, menghabiskan waktu untuk kegiatan sosial, pekerjaan, rekreasi, dan terus melakukan meskipun ada akibat yang merugikan.
Meskipun kecanduan olahraga tidak mendapatkan cap resmi dari APA sebagai kelainan, kecanduan ini memenuhi sebagian besar kriteria yang dikeluarkan oleh APA. "Jelas sekali bahwa olahraga itu sifatnya adiktif," ujar Caroline Davis, Ph.D, profesor fisiologi dari Toronto's York University yang meneliti kelebihan olahraga.

Pada tahun 2003 pernah diadakan penelitian pada tikus yang diterbitkan pada Behavioral Neurosciences. Penelitian itu menggunakan turunan tikus yang senang berlari di atas roda putar. Ketika tikus-tikus itu tidak mendapatkan roda putar untuk lari, otak mereka bereaksi seperti pecandu yang ketagihan obat.

Pada otak terlihat aktivitas besar pada daerah yang bertanggung jawab untuk ketagihan. Daerah otak itu juga yang aktif ketika tikus ketagihan obat terlarang berhenti mendapatkan kokain, morfin, alkohol, atau nikotin.

2. Bayangan Maya

Peach Friedman (28 tahun) adalah pelatih pribadi dari Sacramento, California, dan juru bicara National Eating Disorders Association. Ketika kuliah Friedman menderita bulimia olahraga dengan anoreksia. Awalnya adalah obsesi memiliki tubuh selangsing model dan bintang film Cameron Diaz. Lalu, di tahun pertama kuliah pacarnya pergi ke luar negeri. Gara-gara itu Friedman merasa jadi tak aman dan kesepian.

Seorang terapis menyarankan dirinya untuk olahraga untuk meringankan rasa tak aman itu. Awalnya saran itu berhasil mengusir ketidakamanan tersebut. Lama kelamaan Friedman merasa, "Jika saya tak olahraga, saya akan merasa cemas."

Di usia 21 tahun dia berada dalam kondisi benar-benar sakit. Ketika itu dalam sehari dia berlari sejauh 10 hingga 15 km. Parahnya, dia hanya mengonsumsi makanan rendah kalori. "Pola makan saya benar-benar ketat," katanya. Camilan, dia hanya makan acar dan wortel. Gadis muda setinggi 180 cm itu kehilangan berat dari bobot sehat 65 kg menjadi hanya 45 kg.

"Sebagai gadis kuliahan, Friedman cocok sekali dengan tipikal seorang bulimia olahraga," kata Kate Bruno, RD, CPT, terapis gizi dari Charlottesville, Virginia yang memberi konseling untuk Friedman.
Perempuan, kata Bruno, memang lebih rentan kena kecenderungan obsesif pada olahraga. Penelitian tahun 2004 yang diterbitkan Journal of American College Health menemukan bahwa 22 persen dari 257 mahasiswi punya kecenderungan tergantung pada olahraga. Mereka berolahraga enam jam atau lebih seminggu dan kerutinan mereka itu mendekati kategori patologis.

Laki-laki sebenarnya juga bisa kena kecenderungan obsesif pada olahraga. Jumlah mereka ini tampaknya sama banyak dengan wanita paruh baya. Menurut laporan British Medical Journal, kelainan bernama body dysmorphic disorder (pikiran pada diri sendiri yang dipenuhi dengan kecacatan penampilan yang sebenarnya tidak nyata) diderita pria dan wanita.

Perfeksionis, pencemas, atau kecenderungan obsesif kompulsif juga rentan kena olahraga berlebihan. Mereka ini sering olahraga dalam waktu yang sama setiap hari. Mereka olahraga bahkan ketika sedang cedera atau sakit. Kadang olahraga jadi prioritas utama dalam hidup mengalahkan keluarga, pekerjaan, dan liburan, kata Friedman. Aspek dikontrol oleh olahraga inilah yang membuat perbedaan orang yang obsesif olahraga dengan orang yang sekadar hobi olahraga.

3. Detoks Jiwa

Olahraga berlebihan kadang jadi semakin menjadi karena pujian orang lain. "Orang lain jadi kagum karena pencapaian orang itu," kata Carolyn Costin, penulis buku The Eating Disorder Sourcebook Penghargaan dari orang lain itu yang bikin adiksi itu jadi semakin menggelora.
Ketika adiksi itu makin jadi, masalah semakin berat. Ketika itu Friedman begitu kurang gizi sehingga tubuhnya berhenti memproduksi hormon estrogen. Haidnya pun berhenti. Dia juga menderita cedera otot karena berlebihan olahraga. Selain itu, dia tidak punya pacar. Pacarnya ya olahraga itu.

Bahaya rendahnya hormon estrogen dan kurang gizi adalah tulang keropos.

Olahraga berlebihan sampai ngos-ngosan atau nyeri dada berbahaya bagi jantung. Berat badan yang kurang juga mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh, menyebabkan detak jantung tak teratur sehingga bisa terkena serangan jantung. Laporan dari Cardiology Review mencatat bahwa anoreksia dan bulimia paling banyak menimbulkan kematian.

Hingga kini Friedman masih berkonsultasi dengan ahli diet. "Setiap kali haid berhenti, Anda kehilangan tulang. Setiap kali memaksa berlari dengan berat badan kurang, Anda kehilangan tulang dan otot. Anda juga lebih rentan gagal jantung tanpa gejala dan tentu saja kematian," kata Bruno.

Langkah pertama mengatasi obsesi olahraga berlebihan ini adalah dengan mengenali bahwa kita punya masalah. Setelah itu Bruno merekomendasikan berhenti olahraga dan berkonsentrasi memperbaiki pola makan untuk menaikkan berat dan memperbaiki gizi.
Setelah "detoks" berhenti olahraga selama tiga bulan (bisa kurang atau lebih sesuai kebutuhan), Anda dapat olahraga kembali. Pada titik tertentu mereka bisa mencapai rasa percaya diri kembali latihan di level yang moderat atau sedang-sedang saja.

Olahraga gila-gilaan hendaknya dihentikan karena itu akan membawa kembali ke siklus adiksi. Beberapa orang bisa olahraga ringan saat detoks jiwa itu. Ada yang boleh melakukan aktivitas low impact. Ada juga yang harus berhenti sama sekali.

4. Malah Bikin Cepat Tua

Olahraga teratur dan terukur memang disarankan oleh para dokter untuk menjaga kesehatan. Namun, olahraga berlebihan, haram hukumnya.
Mengapa? "Secara umum ada dua hal yang terjadi ketika berolahraga berlebihan. Pertama, terjadi peningkatan hormon stres yang bernama kortisol secara berlebihan. Ini yang menyebabkan tubuh jadi fatigue atau kelelahan," papar Dr. Phaidon L. Toruan, MM, dokter peminat kebugaran dan anggota Perkumpulan Awet Sehat Indonesia (Pasti).

Hal buruk kedua yang terjadi ketika olahraga berlebihan adalah peningkatan kadar radikal bebas berlebihan dalam tubuh. Radikal bebas ini bila berlebihan akan menimbulkan peradangan pada seluruh sistem termasuk pembuluh darah. "Peradangan ini yang menimbulkan plak sehingga terjadi serangan jantung seperti yang dialami pelawak Basuki," papar Dr. Phaidon.

Olahraga berlebihan itu tanpa didukung pola makan sehat justru memperparah keadaan. "Sudah banyak radikal bebas dari olahraga ditambah hobi makan gorengan, ogah makan sayur dan buah sumber antioksidan. Akibatnya radikal bebas jadi makin menumpuk. Ini yang memperberat sistem tubuh dan mempercepat penuaan," katanya.

Bahaya lain olahraga, menurut Phaidon, adalah lingkungan. "Olahraga di tengah kota berpolusi seperti Jakarta justru memperbanyak radikal bebas," tuturnya.
Selain olahraga teratur, terukur, dan sedang-sedang saja, Dr. Phaidon juga menyarankan untuk memvariasikan jenis olahraga. "Satu jenis olahraga akan melatih otot yang itu-itu saja sehingga lebih mudah cedera. Kini banyak kejadian penggemar senam aerobik nyeri sendi lutut, osteoartritis, dan nyeri telapak kaki," katanya.

B. Strategi Alternatif Hentikan Obsesi Olahraga

Selain berhenti olahraga sementara, lakukan terapi untuk jiwa yang dapat menghentikan obsesi:

1. Pijat
Ini adalah terapi yang bisa mengatasi rasa cemas dan mengangkat suasana hati jadi lebih cerah. Anda pun jadi lebih rileks.

2. Meditasi
Ini juga mengontrol rasa cemas akibat olahraga dan mendatangkan rileksasi dan rasa damai.

Sumber :

- International Journal of Eating Disorder
- Behavioral Neurosciences
- Artikel Perkumpulan Awet Sehat Indonesia (Pasti)
- Journal of American College Health.


Efek Buruk Olah Raga


Description: Efek Buruk Olah Raga Rating: 4.5 Reviewer: Wahyu Winoto, S.Pd. - ItemReviewed: Efek Buruk Olah Raga

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

TOKO RM, TOKO ONLINE MURAH TERPERCAYA